Aku mengenalnya sejak duduk di bangku SMA. Tahun pertama aku
disana aku hanya tahu saja, dan kesanku..
dia cantik. Hanya itu.
Tak pernah ada dialog yang terjadi karena memang lingkaran
kehidupan kami tidak saling bersinggungan. Meski beberapa kali berpapasan.
Sempat ada kabar tersebar katanya beberapa orang di sekolah
menyimpan perasaan padanya.
Wajar saja, toh dia memang cantik. Tapi hanya itu.
Kesanku padanya tak berubah meski di tahun selanjutnya aku
berada di ruangan yang sama dengan perempuan itu. Aku masih terlalu sibuk
dengan duniaku. Atau mungkin lebih tepatnya, dunia masih terlalu sibuk
denganku.
Samar…
Samar-samar ada sesuatu yang tak ku ketahui dari perempuan
itu. Namun toh, aku tak begitu peduli.
Sekilas seperti jiwa pemberontak,
ingin bebas dan tak terkekang tapi lembut bayangan yang tercipta dalam
pikiranku akan perempuan itu adalah burung. Mungkin perkutut, atau prenjak
hahaha. Eh bukan, sebenarnya lebih mirip Burung Hantu. Tapi toh aku tak peduli.
Saat itu bukan dia yang menjadi tokoh utama dalam hidupku.
Perlahan aku kagum. Hanya itu.
Aku memang tak pernah menjadi tokoh utama. Dulu aku merasa
hidupku terlalu luas untuk diisi oleh hanya seorang aku. Namun kenyataannya
hidupku terlalu sesak dengan tokoh-tokoh utama yang kuciptakan hingga tak ada
cukup ruang untuk diriku sendiri.
Sampai saat para tokoh utama itu kemudian pergi dari
lingkaran kehidupan, aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Ruang ini terlalu
luas untuk aku rapikan sendiri. Tokoh-tokoh yang pergi itu meninggalkan sampah
bernama kesepian. Berserakan dimana-mana.
Dan perempuan itu datang.
Bukan. Aku memanggil setelah
beberapa lama aku tak mengenalnya. Hidupnya saat itu adalah sesuatu yang sangat
baru bagiku. Awalnya hanya obrolan masalah kepentingan. Tapi caranya menjalani
hidup lebih menarik dari sekedar kepentingan. Seolah-olah dia memenuhi ruang
hidup dengan dirinya sendiri. Dia menjadi tokoh utama.
Tapi tampaknya ruangan itu terlalu sesak dengan dirinya yang
tak kuketahui. Hingga tak ada ruang tersisa. Bahkan untuk eksistensiku yang
sekecil zarrah ini. Dialog yang terjadi tak pernah lama lalu kemudian
menghilang. Sampah-sampah diruanganku tak habis kurapikan. Namun, setiap kali melihatnya
akupun ingin juga menjadi tokoh utama.
Bukan ding.
Aku ingin menjadikannya tokoh utama. Aku ingin memenuhi
ruangan hidup ini hanya dengan perempuan itu.
Iya. Aku sedang jatuh cinta, sejak sekitar sepuluh bulan
yang lalu. Atau bahkan mungkin sejak lima tahun yang lalu, entah.
Yang jelas kini, patah hati bukan hal yang baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar