Jumat, 16 Oktober 2015

Pulang

gelap mulai menyentuh segala yang dilaluinya. Kolam ditengah taman fakultas itu pun tampak kehilangan cahaya. Begitu pula aku, terduduk sendiri di bangku sekeliling taman bernama taman kolam makara.

"aku ingin pergi." bergumam.

"tapi aku tak tau ingin kemana."

aku memutuskan mengambil catatan hasil souvenir seminar di dalam tasku.
masih kosong.

kurogoh saku, ku ambil pulpen dan mulai meracau diatas kertas. Memang puisiku tak bisa dikatakan bagus. setiap kali membaca ulang puisiku aku selalu merasa ada sesuatu yang kurang didalamnya. Tapi mau bagaimana lagi, aku suka berpuisi. jadi aku akan melakukannya terlepas puisiku bagus atau tidak.

"yok, puisimu itu bagus. tapi sayangnya kosong."
begitu komentar salah seorang temanku. mungkin iya, mungkin aku hanya butuh nama untuk menjadi alas puisiku.

langit malam in masih cerah, magrib belum terlalu lama berlalu. bintang-bintang sepertinya enggan menampakkan dirinya. mungkin mereka takut karena sinarnya tak seterang lampu taman di sekeliling kolam. hanya ada  beberapa awan bergerak perlahan menghiasi malam.

puisiku selesai. aku melangkah pulang. bahkan aku tak ingat tentang apa puisi yang kutulis tadi.
dan aku menemukan jawabanku. atas keresahan yang kutimpakan pada kolam di tengah taman.


"kemana kau pergi saat tak tahu kemana kau ingin?"

jawabannya adalah

"pulang." 

Rabu, 14 Oktober 2015

Asu!

Negeri ku dijajah asap.

Kepulan congkak empunya kontrak.
Hasil kentut berbau busuk pengusaha maruk.

Jancuk!

Sesak..
Menyesaki, mendesaki paru-paru mereka
Yang katanya diaku rakyat.

katanya..

Yang katanya berdaulat.
Kekuasaan tertinggi di tangan rakyat.

Bangsat!

Di tangan tapi bukan di hidung.
hak bernapas pun dicabut langsung.

Cuma menggenggam, tapi tak memiliki.
Yang bisa bernapas cuma petinggi.

Dengan korupsi..

Kasihan mereka. Aku bisa apa?
Cuma membisu?

Asu!

-Depok
@hariyots2015